Rabu, 21 Oktober 2009

Tentang porno
Pertanyaan lain adalah mangapa
komik Jepang banyak porno. Tetapi walaupun bagi orang Indonesia
kebanyakan komik Jepang berbau porno, dari standar Jepang
kebanyakan komik Jepang bukan porno. Tentu saja gambar wanita
cantik disukai oleh pembaca laki-laki. Sejak zaman Edo, gambar
porno sudah menjadi satu unsur yang penting dalam kesenian Jepang.
Hampir semua pelukis besar Ukiyoe (grafis cukilan kayu
tradisional Jepang), misalnya KITAGAWA Utamaro (1753 ? - 1806),
KATSUSHIKA Hokusai (1760 - 1849), SUZUKI Harunobu (? - 1770),
melukis porno. (Untuk menghindari kesalahpahaman, saya menegaskan
bahwa komik porno Jepang bukan dikembangkan dari ukiyoe porno.
Komik porno juga satu genre komik, maka tidak ada kaitannya
dengan ukiyoe. Komik yang berbau porno untuk remaja muncul pada
akhir tahun 1960-an, dan ketika itu muncul unsur seksual dalam
komik untuk anak, seperti karya NAGAI Go^ "Harenchi Gakuen"
artinya "Sekolah yang tidak senonoh". Maksud saya
adalah sejak zaman Edo budaya yang populer Jepang mengandung
porno.) Ukiyoe berdampak besar kepada pelukis Barat, misalnya
Gaugin dan Gogh. Sekarang baik Ukiyoe biasa maupun Ukiyoe porno
dinilai tinggi sebagai kesenian di seluruh dunia, dijual-belikan
dengan harga mahal sekali. Tentu saja, meskipun dinilai sebagai
kesenian yang bernilai tinggi, di sekolah di Jepang tidak
mengajar ukiyoe yang porno. Murid sekolah hanya belajar ukiyoe
biasa.
Pada saat ini komik porno Jepang juga digemari di seluruh dunia.
Di negara Timur Tengah juga disukai anime Jepang yang cukup
erotis. (Buktinya lihat situs BBS ini yang tertulis dalam bahasa Arab. Pasti dari standar Timur Tengah anime ini tergolong
sejenis porno.) Komik porno juga salah satu perwujudan daya
kreatif. Sebagai orang Jepang, saya sangat merasa bangga daya
kreatif komik Jepang dinilai tinggi di seluruh dunia. Memang ada
komik porno yang jelek dan membosankan, tetapi hal ini sama dalam
bidang kesenian lain. Kalau ada yang mau mengkritik komik porno
Jepang, mereka harus mawas diri apakah mereka bisa menulis komik
yang lebih unggul.

Akhir-akhir ini masalah majalah
Playboy versi Indonesia menghebohkan Indonesia, tetapi kalau
melihat sejarah Jepang keberadaan porno tidak begitu mempengaruhi
moral. Setidak tidaknya 300 tahun lalu ukiyoe porno sudah beredar
cukup luas dalam masyarakat Jepang. Kalau moralnya rendah, mana
mungkin Jepang menjadi negara modern melalui Restorasi Meiji ?
Kalau saya mengatakan tentang RUU anti porno, Indonesia masih ada
banyak masalah yang jauh lebih berat daripada masalah porno.
Masalah paling penting di bidang moral adalah memberantas korupsi
dan menegakkan hukum dan keadilan. Walaupun dipenuhi dengan
porno, toko mesin judi Pachinko, suka sekali minum minuman keras,
masyarakat dan negara Jepang masih berjalan, lebih tertib dan
efisien dan bersih daripada Indonesia. Dilihat dari pandangan
orang Amerika, katanya porno Jepang lebih brutal daripada porno
Amerika. Tetapi di Jepang kasus perkosaan jauh lebih sedikit
daripada Amerika. Di Arab Sudi mungkin tidak beredar porno,
tetapi orang Indonesia sudah tahu betapa banyak terjadi tragedi
TKW Indonesia di sana. Tingkat moral dan angka kriminal seksual
tidak selalu tergantung pada keberadaan pornografi. Walaupun bisa
memberantas pornografi, tetapi jika dipenuhi korupsi dan tanpa
keadilan, masyarakat tersebut menjadi busuk. Menurut kesan saya,
RUU anti porno itu seperti orang yang seluruh badannya berlumuran
kotoran mau mencuci ujung jari saja. Soal moral itu masalah hati.
Moral tidak bisa didorong oleh undang-undang. Pada intinya saya
tidak bisa mengerti mengapa ada yang mau membuang kebebasan
berekspresi yang diinjak-injak selama Orde Baru dan baru mulai
pulih hanya 8 tahun lalu ?


Saat seminar saya tidak menyediakan contoh ukiyoe, sekarang saya
akan memperkenalkan karya KITAGAWA Utamaro.
foto kiri: Ukiyoe porno oleh Utamaro. (Sayangnya saya memotong
bagian kemaluan dari gambarnya, karya pelukis maestro sperti
Utamaro. Ada yang mau melihat gambar yang utuh, silakan lihat
situs Jerman ini. http://www.rogersart.de/Sex/Utamaro/index.htm )
foto tengah: Ukiyoe "Nanbaya Okita" oleh Utamaro. Okita
adalah nama pelayan salah satu mizutyaya (kafe zaman Edo) namanya
Nanbaya.
foto kanan: gambar manga pelayan "maid cafe". Maid cafe
adalah kafe yang pelayannya berseragam seperti maid melayani tamu.
Sekarang maid cafe ada banyak di sekitar kota Akihabara, kota
komputer dan alat listrik, tanah suci untuk Otaku. Pada zaman
Utamaro 200 tahun lalu dan zaman sekarang, pelayan kafe menjadi
tema lukisan.


~agy_chan~

0 komentar: