Senin, 24 Agustus 2009

Dan di saat ini gw mikirin hal-hal yang g jelas,,,

Sekarang, kita ngobrolin apa ya?

Hmmmmmmmm, banyak…
tapi gue gak tau harus mulai dari mana.

Kadang ada banyak yang ada di kepala gue, tapi gue gak tau gimana cara menuliskannya, karena… well, saking banyaknya. Saking pusingnya. Something happened and I have been thinking heavily ever since. Gue coba tarik napas dalem-dalem, dan coba gue urain satu persatu apa yang bersliweran di kepala gue saat ini, gue coba biarin jari gue gerak sendiri, menyampaikan apa yang ada di kepala.


Here goes:

1. Gue gak pernah ngerti sama diri gue sendiri kenapa terkadang sebuah hal yang (kayaknya) kecil bisa begitu jadi besar buat gue. Bisa ngebuat gue kecewa, dan gue gak pernah ngerti kenapa kekecewaan ini bisa berubah seperti kanker yang menyebar dan menggerogoti perasaan gue sendiri… lama-lama ngebunuh dari dalam… dan mati. Gue gak pernah mengerti bagaimana harus mensiasati ini. Gue gak pernah ngerti kenapa buat gue, what has done yah done.. the damage has been done, and nothing we can do about it. There is absolutely nothing we can do about it. Kenapa? Kenapa gue gak bisa membuat semua ini seolah gak nampak, dan jalan terus. Kenapa? Kenapa? Kenapa gue harus membuat semua hal sempurna? Mungkin ini kutukan sekaligus berkah menjadi seorang perfeksionis… atau menjadi orang yang tak pernah puas?

2. Kalau yang namanya kesempurnaan itu gak ada, dan kita terus mengejar kesempurnaan, apa gue berarti mengejar sesuatu yang tidak ada? Dan kalau yang namanya memaafkan itu berarti melupakan, bagaimana cara melupakan sesuatu yang telah kita maafkan? Bahkan jika hal tersebut tidak seharusnya terjadi?

3. Gue sangat kagum bagaimana sebuah kejadian bisa terjadi. Katakanlah begini, jika seseorang menikah karena kenalan di facebook, bagaimana jika facebook tidak diciptakan? Bagaimana jika komputer tidak diciptakan? Bagaimana jika Bill Gates pada waktu itu meneruskan kuliahnya di Harvard Law dan melupakan mimpinya untuk membuat personal computer? Maka komputer (windows) tidak akan ada, facebook tidak punya wadah, dan dua orang ini tidak akan kenalan. Mereka mungkin akan menikah dengan orang lain, dan cerita hidup mereka akan completely berbeda, anak-anak yang berbeda, nasib yang berbeda. Setiap elemen-elemen dalam semesta ini mempertemukan kita ke jalan yang kita ambil. Apa ini semua sudah diatur, atau kita membuat ilusi bahwa sesungguhnya kita bisa mengatur ini? Apakah, perpisahan juga sudah diatur rapi? Ya, itu pertanyaannya, jika pertemuan seseorang direncanakan oleh “nasib” apakah perpisahan juga seperti itu? Dan jika iya, siapa yang bisa disalahkan?

4. Bagaimana kita tahu apa yang pilih itu “benar”? Bagaimana kita tahu apakah kita akan bahagia dengan pilihan kita. Aksi kita. Konsekuensi kita. Relativisme dalam contoh yang paling sempurna. Filsafat katanya bisa membantu kita memecahkan permasalahan-permasalahan dalam hidup, tapi yang ada justru pertanyaan satu mengikuti pertanyaan lain. Cuih.

5. Belakangan ini quote King Lear dari Shakespear terus ada di kepala: “If you prick us do we not bleed? If you tickle us do we not laugh? If you poison us do we not die? And if you wrong us shall we not revenge? ? If we are like you in the rest, we will resemble you in that.”

6. Lagi pengen Pocky rasa coklat. Eh Lucky lebih enak. Lay’s rumput laut juga enak.

7. Butterfly effect adalah terminologi yang keren banget, yang membuktikan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini terkoneksi dengan kejadian-kejadian lainnya. Sub-bagian dari Chaos Theory yang paling gue suka. Tapi, semenjak ada film Butterfly Effect, apalagi yang meranin Ashton Kutcher, kok terminologi ini gak kedengeran seksi lagi ya.

8. Komedian dan filsuf adalah perpaduan yang asik banget. Gue cuman bisa menemukan ini di Woody Allen. Gue pengen kayak Woody Allen, tapi… Woody Allen led an empty life. Gue gak mau led an empty life. And Woody Allen have issues. Eh tunggu, hampir semua komedian yang gue tahu have issues: Jerry Seinfeld - cranky, Jerry Lewis - komitmen phobia, Larry David - sangat-sangat cranky, Mitch Hedbgerg - mati overdosis, Mitch Fatel - pervert, bahkan Parto pernah menembakkan pistol ke udara di tempat umum. We are a bunch of complex creatures. Semua komedian adalah makhluk yang kompleks. Tanpa kecuali. And we hate it so much. At least I know I do.

9. Gue pengen punya mesin waktu.

Gue nulis apa sih? Buset, gue bahkan gak tau gue nulis apa.
Mohon maaf telah menyampah.

Be right back. Lagi perlu mikir.

mantra Patronus

Kalau ada yang baca Harry Potter (and I’m sure lots of you do), pasti tau Dementor.


Heri dan Dementor

Bagi yang gak tahu, Dementor adalah “makhluk penghisap kebahagiaan” yang membuat korban mereka berpikir tidak akan bisa bahagia lagi. Satu-satunya cara untuk mengusir Dementor, Harry Potter harus mengeluarkan mantra yang bernama Patronus. Nah, untuk mengeluarkan mantra Patronus dengan baik, Harry harus mengingat tentang hal-hal yang ngebuat dia bahagia sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke Dementor.


Heri dengan Mantra Patronus vs Dementor

Konsep yang keren banget ya?

To be honest, akhir-akhir ini lagi banyak Dementor di hidup gue; that means lagi banyak pikiran yang menggangu, yang ngebuat gue jadi down, jadi gak seneng, jadi males ngapa-ngapainnya. Dan gue akhirnya berpikir, untuk mengusirnya, gue perlu mengeluarkan mantra Patronus gue sendiri.

Maka, inilah mantra Patronus gue, atau dengan kata lain,
hal-hal bahagia yang gue pikirin untuk mengusir Dementor gue:

1. g dapet giliran maen PS.. :)
2. makan sate tapi malah yang kena jeroan
3. ketemu ama si ****
4.inget-inget lagi masa2 waktu SD
5. Mendengarkan A Love Supreme - John Coltrane
6. Menonton Eternal Sunshine of The Spotless Mind
7. Nulis sambil tidur, dan besoknya pas bangun, ketawa ngebaca tulisan sendiri..

Gue jadi inget, gak selamanya gue bakal ada di dalam posisinya jelek. Gak selamanya bernasib buruk. Kadang, kalau kita sedih, kita berpikir, kita gak akan bisa ngelewatin ini… kita gak bahagia.. dan kita orang paling miserable di dunia ini. Dengan mengingat-ingat yang seneng-seneng lagi, gue jadi sadar, yah mungkin hidup gak selamanya di atas. Gue pernah bahagia, dan beberapa saat lagi I will get my spirit back.

Walaupun gak punya tongkat sihir..
my Patronus charm works.
Sekarang gue lagi senyum. :)

Apa mantra Patronus kamu?

Sebab naik turunnya harga tempe/tahu yang SEBENARNYA,,

Kpd. Yth Ibu Sri Mulyani
Menteri Keuangan
Di Tempat.

Dengan hormat,

Selamat siang Ibu, apa kabar? Mungkin Ibu tidak kenal sama saya, karena saya tidak kenal sama Ibu. Mungkin Ibu kenal sama Joko, pedagang teh botol di depan Departemen Keuangan, nah itu sahabat karib saya.. kita dulu sering maen layangan bareng, sampai akhirnya dia mati ditabrak tukang es krim Walls. Baik sekali si Joko itu, gampang dihutangin. Mungkin Ibu juga kehilangan Joko, saya dengar dia termasuk tukang teh botol yang baik hati. Maaf, saya jadi ngelantur, ini pertama kali saya menulis surat kepada seorang Menteri. Kecuali Menteri sunat waktu SD dulu, eh tunggu.. itu mantri, deng.

Maksud saya menulis surat ini adalah berbagi hasil analisa saya terhadap naiknya harga tahu dan tempe. Naiknya harga tersebut, bukanlah karena kurangnya produksi kedelai lokal, seperti yang diberitakan di koran-koran. Ya, bukan. Ibu kaget kan? Saya juga. Mama saya kaget. Adek saya kaget. Pembantu saya juga kaget, tapi kalo dia kaget ngeliat tiba-tiba Deni Cagur & Mama Heni tereliminasi di Supermama. Oh, Ibu juga kaget? Tidak udah khawatir, Bu, masih ada Kiki Farel & Mama Dahlia. Maaf, kalo ngomongin Supermama saya jadi susah fokus.

Langsung saja saya beritahukan kepada Ibu,
penyebab naiknya harga tahu dan tempe adalah: Kangen Band.

Ya, mungkin Ibu terkaget-kaget. Mungkin Ibu menganga tidak percaya. Mungkin Ibu suka poco-poco, saya juga suka. Memang, saya juga kaget ketika saya mengetahui fakta ini. Apa hubungan Kangen Band dengan harga tahu/tempe? Karena eh karena, pedagang tahu/tempe dan tempe terinspirasi oleh sukses Kangen Band yang berangkat dari tukang cendol. Mereka pun beramai-ramai main band, berharap juga jadi terkenal. Mereka pun berhenti jualan tahu/tempe.

Hal ini sangat berimbas terhadap perekonomian kita: supply tahu/tempe di pasaran jadi berkurang karena gak ada yang jualan, karena supply berkurang, harga menjadi naik (sesuai dengan hukum ekonomi). Biar gampang, berikut grafik yang saya siapkan untuk menjelaskan fenomena bombastis ini:


pengaruh kemunculan Kangen Band terhadap harga tahu/tempe

Kurva supply sebelum ada Kangen Band (S) bergeser menjadi Si. Sedangkan, kurva demand (D) tetap. Imbasnya: kuantitas turun, harga naik. Bisa kita lihat, ternyata kehadiran Kangen Band secara otomatis berpengaruh besar terhadap kenaikan harga tahu/tempe. Serem sekali, bukan?

Harap Ibu ketahui, saya penggemar berat Kangen Band. Saya tidak ada maksud untuk memojokkan Kangen Band. Untuk membuktikan cinta saya, saya membuat Band bernama Chong, dengan harapan ketika main bareng kami bisa berentet disebut menjadi Kangen Band Chong. Ibu juga suka Kangen Band? Oh tidak makasih? Gak papa kok, Bu. Peace.

Sekian surat saya, semoga menjadi bahan pertimbangan untuk kebijakan-kebijakan ekonomi yang akan datang. Sekadar informasi, saya ini orang yang pintar. Bukan pintar ekonomi-matematika, tapi benar-benar orang pintar: bisa ngeliat hantu, masukin jin ke dalam botol, gitu-gitu deh. Solusi saya untuk krisis harga tahu/tempe ini cukup simpel: kirim Doraemon ke Indonesia. Saya tidak tahu apakah harga akan turun, yang jelas saya akan sangat bahagia.

Oh ya, sekalian… ibu tertarik ikut MLM?
Saya kebetulan punya produk bagus. Terimakasih.

Hormat saya,

Agy Mizuky
Warga Negara yang Peduli & Gaul Berat

analisa hantu di Indonesia,,^^

Waktu gue nonton film Pocong 3 beberapa bulan lalu, ada adegan di mana si pocong berantem sama kuntilanak merah. Adegan berantemnya gak dikasih liat, tapi kalau begini mah udah jelas yang menang. Coba bayangin yang satu tangannya diiket, kalau bergerak harus lompat dulu, yang satu lagi rambutnya panjang dan bebas keliaran kemana aja. Ini jelas tidak fair! (emosi).

Maka, inilah waktunya gue sebagai mahasiswa Politik Universitas Indonesia unjuk gigi dan menganalisa setan Indonesia yang sering muncul di tipi berdasarkan keseramannya. Iya, emang gak nyambung sama jurusannya, tapi.. EMANG GUE PIKIRIN, NYET! Ehm, ini dia.. Analisa Setan Indonesia by Prof. Dr. Agy Mizuky M.Im (Maha Imut)..

Pocong

Memang kasian sekali setan yang satu ini. Udah mati, bau, didandanin kayak permen pula. Sampai sekarang pocong masih bertanya dengan kritis, “Kenapa kalo gue udah mati tangan masih diiket juga?”. Pocong mungkin salah satu setan yang paling dirugikan: engga bisa nyetir, engga bisa maen Dance Dance Revolution, dan kalau kesenggol dikit guling-guling. Kasian deh.
Tingkat keseraman: 4

Suster Ngesot

Si suster yang satu ini sudah terlebih dahulu terkenal di dunia perhorroan. Kekuatan terbesarnya adalah jika sakit dapat mengobati dirinya sendiri.. namanya juga suster! Sayangnya, si suster tidak bisa punya hobi naik gunung. Cobain aja sendiri ngesot sambil ngedaki Gunung Salak. Buntung, buntung deh lo.
Tingkat keseraman: 7

Tuyul

Botak, kecil, dan menyerupai klitoris. Tuyul memang tidak bisa dianggap remeh. Tubuhnya yang kecil memungkinkan dia untuk menyelinap ke mana saja. Lari dengan lincah. Kalau ngelepas baju (kayak di Tuyul dan Mbak Yul), bisa tidak terlihat dari mata manusia. Sayangnya, kelemahan tuyul yang paling kentara adalah suka bermain Yuyu Kangkang. Tuyul juga terkenal mata duitan, makanya ada beberapa Tuyul yang menjadi pejabat negara.
Tingkat keseraman: 8

Cinta Laura

Berwajah manis seperti kumis, Cinta Laura mungkin tidak terlihat menyeramkan bagi sebagaian orang. Tapi, begitu dia membuka mulutnya untuk berbicara, di sinilah keseraman terjadi. Mulutnya tiba-tiba mencong kayak ikan mas sumbing. Lalu begitu dia berbicara, terdengar aksen yang katanya Mama Loreng (sodara tirinya Mama Lauren) merupakan aksen dari dunia hantu, seperti, ‘Hay akhyuuu cinta lauraaaa.. oeeek.. oeeeek.. oeeek.. akyuuuu abegeyyy gahuull gichu locchhh.. kikikikikiki’. Di daerah Banten sana, dikabarkan beberapa orang kesurupan setiap Cinta Laura berbicara di televisi. MENYERAMKAN!
Tingkat keseraman: 0 (kalo diem aja) ; 17,2 miliyar (kalo ngomong)

tidur,,tidur,,,


Kurang tidur membuat otak gue tidak berfungsi maksimal.

Yah… Belakangan ini gue emang lagi insomnia berat. Mata gue ke mana-mana cuman segaris. Bawaannya nguap. Pengen tiduran, tapi begitu ketemu kasur malah gak bisa tidur. Salah satu sifat buruk gue kalau kurang tidur adalah kurangnya konsentrasi, kurang fokus, dan bawaannya ngelindur.

Gara-gara kurang tidur gue pernah bangun bener-bener setengah sadar, masuk kamar mandi, terus mandi… sampoan. Sampai akhirnya gue ngerasa, “Kok pala gue panas banget ya?” Pas gue liat… GUE SAMPOAN PAKE PEPSODENT. Yesssss. Sisi positifnya, paling tidak sekarang kepala gue bersih dari jigong-jigong yang mengganggu (buset, pala aja jigongan).

Sahur pun seperti itu. Gue sampai gak sadar Sahur tadi pagi makan apa: tidur jam dua pagi, bangun sahur jam empat dengan mata separo, maen ngunyah yang ada di atas meja, lalu langsung tidur lagi. Itu kalau lagi hoki bisa bangun sahur, gue juga gara-gara kurang tidur sempet ngelewati beberapa kali Sahur juga.

Karena saking susahnya dibangunin Sahur, kemaren nyokap sampai ngebawa makanan ke sebelah kasur sambil bilang, “Ini sambil dimakan cepet aja. Keburu Imsak.” Gue, sekali lagi, bangun setengah celeng, dan main nguyah apa pun yang di taro nyokap. Hasilnya? Pagi-paginya gue bangun dengan jempol kaki nyelup ke satu mangkok mie sisa saur yang masih ditaro di samping tempat tidur dan mulut mangap di sebelah gelas yang udah tumpah… becek abis. Mirip babi epilepsi.

Insomnia is no fun.

Beberapa orang udah memberikan saran kepada gue untuk mengatasi insomnia yang sungguh parah ini. Pertama, saran yang paling banyak, adalah dengan meminum susu hangat. Tapi yang terjadi gue justru makin gak bisa tidur. Entah kenapa, setiap kali gue meminum sesuatu yang panas dan kental, gue merasa harus mengetik sesuatu.

Saran kedua, yang diberikan oleh orangtua gue adalah dengan meminum Antimo. Gue gak ngerti apa korelasi antara minum obat mabuk di atas kendaraan dengan tidur di atas kasur, berhubung kasur gue tidak beroda dan tidak bergerak ke mana-mana. Antimo memang bikin ngantuk, dan tidurnya pasti pules banget, tapi masalahnya cuman satu: bangun setelah tidur minum Antimo tuh gak enak. Bangunnya kerasa seperti hangover dari Antimo. Mulut jadi agak asem. Pala puyeng.

Di sisi yang lain, insomnia ngebantu banget dalam hal menulis.

Entah kenapa, gue ngerasa paling “klik” kalau gue menulis di malam hari. Ada romantisme tersendiri yang muncul dari menulis di tengah-tengah keheningan, gak ada gangguan. Dan entah kenapa juga, gue ngerasa lebih tenang ketika gue mikir “kebanyakan orang di Indonesia udah tidur”, gue merasa hape gue tidak akan bunyi tiba-tiba, kerjaan tidak akan datang menyodok, dan gue bisa sendirian dengan tulisan gue. Satu cangkir hot chocolate, dan laptop Mac item. Dengan tiduran sambil ngetik, gue bisa menghabiskan berjam-jam menulis berlembar-lembar dalam bentuk apa pun; baik itu untuk buku selanjutnya, skrip film, atau sekadar catatatan yang tidak pernah terpakai.

Meskipun begitu, kurang tidur bener-bener bikin kesiksa banget. Temen gue bilang, mungkin insomnia ini timbul dari kebanyakan pikiran, yang which is ada benernya juga; akhir-akhir ini banyak banget yang bermain di kepala gue. Lalu, temen gue menyarankan Valium, antidepresan yang ngebuat dia jadi “males, gak deg-degan, rasanya damai, dan tiba-tiba bisa black out”. Kayaknya asik juga tuh, masalahnya buat dapetin Valium harus lewat psikiater.

Duh, udah jam 12 siang dan mata gue tetep segaris.
Coba idup gak butuh tidur..

BELALANG, ALANGKAH ROMANTISNYA DIRIMU,,,

Entah kenapa, gue sangat hobi nonton Animal Planet. Dari dulu gue emang suka sama binatang, tapi bukan dalam urusan melihara (i’m a sucker at those), melainkan dalam urusan nontonin tingkah laku mereka. Seru aja rasanya ngeliat pinguin ngeramin telor atau paus nongol di laut atau Ian Kasela gandengan tangan ama pacar barunya. Banyak banget hal dalam dunia perbinatangan yang membuat gue berpikir dan amazingly in awe.

Contohnya, gara-gara nonton Animal Planet, gue jadi tahu bahwa.. untuk urusan percintaan dan mati-matian demi cinta, belalang sembah jantan jagonya. Bayangin aja, setiap belalang sembah abis kawin, belalang sembah yang betina akan memakan kepala yang jantan. Serem memang, tapi yang jadi pertanyaan tak terjawab adalah: Kalo gitu, KENAPA MASIH ADA BELALANG JANTAN YANG MAU KAWIN? Apakah belalang-belalang jantan ini engga dikasi tahu sama emak-bapak belalang, mereka bertiga ngumpul di ruang tamu dan dibilangin, “Nak, jangan kawin ya.. ntar pala kamu buntung lho”. Apakah mereka engga denger gosip-gosip dari temen-temen mereka sesama belalang atas hal ini? Kenapa masih ada belalang jantan yang mau kawin?

Gue berkesimpulan sendiri: semua belalang jantan udah tahu kepalanya bakalan dimakan kalo mereka kawin, tapi mereka tetep aja pengen kawin. Kesimpulan dari kesimpulannya berarti: belalang jantan itu berani mati demi cinta. Kesimpulannya lagi: tidak ada yang lebih romantis dari percintaan antara dua belalang, tidak jua Acha-Irwansyah.

belalang sembah
belalang sembah jantan: “I’m single and.. alive!”

Gara-gara mengerti hubungan antar-belalang ini, gue jadi ngerasa Romeo dan Juliet gak seromantis dulu, gue jadi ngerasa hubungan romantic antar-manusia tidak akan sampai pada level yang cowok rela palanya dimakan sama yang cewek. Ini semakin ngebuat gue jadi makin kagum atas cinta dua belalang sembah. Keren lu, lang!

Nah, kalo gitu mulai sekarang, kalian yang cewek-cewek silakan nanya ama cowok masing-masing: “Sayang, kamu sayang ama aku gak?” Kalo dijawab “Iya”, coba tanya lagi: “Sesayang belalang sembah jantan sama belalang sembah betina?” atau bagi yang cowok silakan SMS cewek gebetannya “Aku sayang sama kamu. Makanlah palaku.”

Tapi bener deh, coba ngebayangin seandainya manusia seperti belalang, pasti gue gak bakalan mau kawin. Gue pasti kerjaannya pacaran mulu. You know, seharusnya ada peribahasa yang didedikasikan untuk belalang jantan, sebagai bukti penghargaan kita atas unconditional love -cinta tanpa pamrih- mereka.. apa kek gitu seperti “Ada cinta sejati ada belalang”.

Contoh lain, gue pernah liat satu siaran dokumenter tentang ferret (sejenis tikus/musang kecil). Setelah nonton dokumenter tersebut, gue baru tau ternyata kalau ferret gak bisa kawin pada musimnya, yang cewek akan mati karena kelebihan hormon. Dalam siaran dokumenter itu, dikasih liat satu ferret cewek yang lari-lari liar karena kelebihan hormon, gak nemuin pasangan yang mau ngawinin dia, lalu.. koit. Itu juga serem. Yang kasian justru ferret-ferret cewek yang jelek (dalam standar ferret, tentunya), mereka gak bakalan dapet pasangan kawin dan akhirnya.. mati sia-sia.

ferret cewek
ferret cewek: I’m single and.. O-oh, I’m gonna die!!!!!

Hmmh, bagi ferret-ferret ini mungkin lebih baik mati daripada jomblo.
Tapi, kalo gue,seandainya di balik, cowok yang makan pala cewek, lebih baik gue jomblo deh daripada pala gue dimakan.

PACAR,,,,

Menemukan buku untuk dibaca itu seperti menemukan pacar. Pertama-tama dilihat-lihat dulu dengan seksama, kalau cover-nya oke, baru deh dideketin. Bedanya, setelah ngerasa oke dengan pandangan pertama, bagian belakang bukunya bisa dipegang. Lah kalo nyari pacar dengan cara seperti itu (langsung pegang belakangnya) bisa ditabok kiri-kanan lah! Selanjutnya bisa ditebak, menemukan buku untuk dibaca berarti membaca lembaran demi lembaran pertamanya, kalau kita tertarik dengan paragraf pertamanya, kita akan baca lembaran berikut dan berikutnya dan berikutnya.

Menemukan pacar, juga seperti itu. Kita pergi keluar pertama dengan sang gebetan, duduk berdua di sebuah restoran atau café yang nyaman, berusaha saling membuka lembaran masing-masing. Membedah mereka seperti buku: narasi seperti apa yang mereka katakan (penuh nostalgia kah, atau sekadar memaparkan pengalaman), apakah diksi yang mereka pakai menarik (kasar kah, atau justru sangat sopan), apakah gaya tubuh mereka cocok, dan yang paling penting: nantinya, tahankah saya “membaca” dia untuk waktu yang sangaaaaaaaaaaaaat lama.

Setelah semua cocok,
baru masuk ke jenjang yang lebih mantep: pacaran.

Gue sering ngerasa emotionally attached dengan sebuah buku, kangen kalau ngga ngebaca tuh buku setelah waktu yang cukup lama. Ngerasa sayang, sampai-sampai kalau orang mau pinjem gue bakalan dengan galak teriak “engga boleh!”. Perjalanan panjang untuk jatuh cinta dengan sebuah buku, setelah dipikir-pikir cukup sama dengan merasa nyaman dengan pacar kita masing-masing.

kanan sayang kiri..
kanan sayang kiri

Namun, pacaran dengan orang yang tepat punya satu kriteria khusus: sanggupkah kita, setelah membaca lembaran demi lembaran hidup masing-masing, tumbuh tua bareng, dan pada akhirnya ketika ketemu hanya bisa diam karena tidak ada lagi yang bisa diceritakan.. sanggupkah kita berdua untuk gandengan tangan saja dan berada dalam suasana sunyi yang penuh kenyamanan.

Sanggupkah?

Pertanyaan itu tidak bisa dijawab dengan jawaban simpel seperti: “Kalau gak mampu, cari aja yang baru”. Tapi untuk direnungkan, dipikirkan, dan pada akhirnya berkata, “Oh, bagaimana kalau kita tulis kisah kita berdua sendiri. Cerita dari hasil pemahaman kita atas diri masing-masing, dan ekspektasi atas apa yang mungkin nanti terjadi.”

sebuahpuisi yang terlupakan saat gw lagi di kamar mandi,,

Jika saja
kamu sesimpel 1 + 1 = 2
maka aku tidak perlu susah-susah
mencari kalkulator
atau menemukan formula

untuk membuat kamu
lebih mudah untuk dimengerti.

aku takut sendirian,,

Kepada kamu,
Dengan penuh kebencian.

Aku benci jatuh cinta. Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar.

Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata. Aku benci ketika jatuh cinta, semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya?

Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di handycam yang sedang aku pegang. Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, aku tidak bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu…, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu.”

Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu.

Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu. Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu. Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan…

aku takut sendirian.

~mmm~

Oke, here goes…

Salah dua film favorit gue adalah Before Sunrise dan Before Sunset. Bener-bener filmnya bener-bener thought-provoking abis. Waktu itu, setelah nonton keduanya, gue langsung ajak temen gue ke Coffee Bean, dan kita ngomongin beberapa line-line dalam film itu, yang menurut kita… it’s so freakin true. Salah satu line yang paling memukau kita adalah ini, yang diucapkan oleh Celine, karakter utama wanita dalam film itu: The idea that we can only be complete with another person is evil! Right?

Ya, gue setuju. Jahat banget. Pemikiran yang bilang, ‘Kita hanya bisa sempurna jika ketemu dengan soulmate kita’ adalah sesuatu yang jahat. Bagaimana kita bisa tahu itu soulmate kita? Bagaimana kita bisa yakin, terhadap orang yang kita cintai bahwa dia… memang the one. Lagian, apa pula konsep “the one” itu? Konsep yang berkata kita hanya sempurna dengan orang lain, adalah konsep yang benar-benar absurd.

Di dalem Coffee Bean yang surprisingly sepi hari itu, dia duduk di depan gue,
Gue meneguk iced cappucino yang gue pesan setengah jam yang lalu.

Dia: Kenapa sih kita baru bisa dibilang komplit dengan kehadiran orang lain itu?
Gue: Maksud lo?
Dia: Kenapa gak dengan kehadiran sebuah barang, atau… atau hobi? Baru kita bisa dibilang komplit? Kenapa harus dihubungkan dengan orang lain? Kenapa kesempurnaan kita, sebagai manusia, harus diindikasikan dengan kita bertemu dengan soulmate kita?

Bener juga sih… Bagaimana dengan para jomblo abadi, yang mungkin mati sendirian? Bagaimana dengan orang yang memilih untuk tidak pernah mencintai orang lain? Atau, ini yang paling parah: Bagaimana dengan orang yang cintanya selalu bertepuk sebelah tangan?

Unrequited love, atau cinta yang tak berbalas, rasanya adalah hal yang paling bikin ngais tanah yang bisa terjadi pada diri kita. Untuk tahu kalau cinta kita tak berbalas, rasanya seperti diberitahu bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkan orang tersebut. Rasanya, seperti diingatkan bahwa kita, memang tidak sempurna, atau setidaknya tidak cukup sempurna untuk orang tersebut.

Sedangkan, perjuangan melawan cinta adalah perjuangan melawan ingatan. Bagi orang yang cintanya tak berbalas, melupakan seseorang adalah tahap yang paling krusial sekaligus paling susah untuk dilakukan. Bengong dikit, keinget dia lagi. Nyoba kenalan sama orang baru, eh inget lagi. Makanya, sekarang ada istilah “mentok” yang dipakai untuk menggambarkan orang yang gak bisa move on. Sedihnya, dan gak ada istilah “bablas”.

Kita ngobrol ngalur-ngidul sampai Coffee Bean tutup dan Mas-Masnya mengusir kita pulang.
Di mobil, dia duduk di sebelah gue. Begitu deket dengan rumahnya, gue bilang…

Gue: Unrequited love itu gak enak banget. Kayak itu, tau gak, katanya Charlie Brown di komik Peanuts: Tidak ada yang bisa menghilangkan rasa selai kacang seperti cinta yang tak berbalas.
Dia: “Nothing takes the flavor out of peanut butter quite like unrequited love.”
Gue: Ya, bener. Semuanya jadi gak ada rasanya.


Charlie Brown: the loser/philosopher

Kita berdua diem.

Dia: Kalo elo, pernah gak dapet cinta yang tak berbalas?
Gue: Pernah.
Dia: Oh ya?
Gue: Iya.

Satu hal yang tidak dia tahu adalah,,,,,

lope^^


Kata orang, kalo mau ngeblog,
tulislah perasaan paling kuat yang lagi kamu rasakan.

Well, saya lagi jatuh cinta,
dan saya ingin menulis tentang itu.

Now, this is the problem. Saya takut menulis tentang cinta. You know, tulisan tentang cinta, adalah tulisan yang paling susah untuk ditulis. Karena, sangat susah menulis tentang cinta tanpa terlihat dangdut, corny, atau downright menya-menye. Saya tidak ingin tulisan yang saya buat jadi terlihat seperti surat cinta mbak-mbak dan mas-mas pembantu rumah: “Kalau kamu jadi madu, aku jadi lebahnya.” Hoek. Atau, “Kalau kamu jadi kumbang, aku jadi sepedanya… sepeda kumbang.” Dobel hoek.

For me, what I have with you now,
lebih dari analogi yang melibatkan serangga.

Hmmmmm…

Tapi kalau mau dianalogikan, let me get a shot: falling in love with you is like prasmanan tanpa pernah terpuaskan. Semua detail-detail sifat yang kamu tawarkan: quirkiness kamu, ketidaklaziman kamu, kemengertian kamu terhadap keanehanku (begitu pun sebaliknya), seperti di tawarkan dalam piring-piring buffet dengan silver platter yang menyala rapih. Dan kuambil. Kukonsumsi. Namun, aku masih kelaparan. Lalu kuambil, kukonsumsi kembali. Dan aku, tetap kelaparan. Saya bisa menyalahkan ini kepada sifat aku yang menagih -dan tidak pernah puas-, atau kepada kamu yang terus menawarkan cita-rasa yang tak kunjung habis. Atau, kepada keduanya. I can only sum it up: I. Can’t. Get. Enough. Of. You.

Waduh. Maaf, lagi puasa,
jadi analoginya nyambung ke makanan. :D

Tuh kan. Maybe I can’t find cool analogies, pretty metaphors, or write a lovey dopey poem (you know, yang kayak “ketika langit tak berbintang, maka aku..”. Damn, Triple hoek dengan cuh), I definitely can’t write music. I’m a comedy writer, therefore I’m not even good with words for these kind of things.

So, I’m gonna make this ultra-simple,
the most primitive form of telling how I feel: “I love you”.

And I love being with you! I love your giggle, your silly grin, your energetic story-telling (with your hands waving aroud), your sharp bitchiness. I love our awkwardness when our hands meet, and the fact we act it cool.Oh and I love the way you walk, the way you dance, the way you sing (god, the way you sing make angels sound like Doraemon!) and how you apply your personality in a paste. I love the look in your eyes when you showed me those MJ videos, Bruce Lee interviews, those reflective eyes, longing for perfection, filled with deep thoughts and ambitions. The ambitions that I share. The way of thinking that I understand. The unconventional person, you are. You are the odd-shaped jigsaw puzzle that I’m looking to fit. And you completed me.

Thus, when they ask me: why do you love him?
I can safely say: what is not to love?

So, I am welcoming you to my life.
Now, let’s do this together, love. :)

PS: There. The first rule of blogging: write what you feel. Safely done. No insects involved.